Header Ads

Produk Produk Olahan dari Tanaman Garut (Maranta arundinaceae L)

Umbi garut merupakan bahan makanan sehat dan dapat diolah menjadi beraneka jenis bahan makanan. Pati dan tepung garut dapat digunakan sebagai pengganti tepung terigu dan mengandung gizi tinggi. umbi garut dapat membantu persediaan pangan yang sehat, karena tidak mengandung purin yang menyebabkan asam urat tinggi, kandungan serat tinggi, kandungan kolesterol sangat rendah, dan mengandung barium untuk mempercepat pencernaan. Sedangkan dalam hal konsumsi umbi garut dapat diolah menjadi makanan kecil/snack dan bahan makanan seperti: emping, kripik, pati, tepung, dan lain-lain

Pati atau tepung garut bertekstur halus dan mudah dicerna sehingga cocok untuk makanan bayi atau orang sakit. Umbinya dapat digunakan sebagai bahan kosmetik (bahan baku bedak), lem, obat tradisional yang berkhasiat menyembuhkan mencret dan eksim, memperbanyak air susu ibu (ASI), sebagai penawar racun lebah, racun ular, obat luka, dan sebagai bahan minuman beralkohol. Umbi garut juga baik bagi penderita diabetes karena kandungan glikemiknya rendah. Tepung garut dapat diolah menjadi makanan tradisional atau pun makanan olahan lain seperti layaknya terigu, seperti mi, bahan es krim atau dapat langsung direbus atau dikukus dan langsung disantap. Keripik atau emping garut mulai menjadi komoditas andalan pengrajin makanan ringan di sekitar Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Sragen. limbah olahan umbi garut dapat digunakan dalam industri kertas tahan sobek dan bahan bakar.

Umbi garut yang masih muda dan segar biasana dapat digunakan untuk makanan kecil dengan cara merebus , mengukus atau membakarnya lebih dulu. Makanan tersebut mempunyai rasa manis dan bila sudah tua banyak seratnya sehingga mengurangi kelezatannya. Oleh sebab itu umbi yang sudah tua umumnya diambil patinya atau untuk membuat tepung garut.

Berikut ini adalah contoh produk olahan yang bisa di buat dengan bahan dasar Tanaman garut :


1. Pati Garut


Pengolahan pati garut sangat sederhana dan dapat dilakukan pada industri rumah tangga di pedesaan. Umbi garut yang akan diolah menjadi pati sebaiknya dipanen pada umur 10 bulan setelah tanam (Djaafar, 2006) karena rendemen pati dan kandungan amilosanya tinggi. Kadar amilosa pati garut meningkat seiring dengan bertambahnya umur umbi .

Untuk memperoleh pati garut, umbi dicuci bersih lalu digiling menggunakan mesin penggiling dan disaring hingga diperoleh larutan pati. Larutan pati diendapkan kemudian dibuang airnya. Pati basah lalu dicuci dengan menambahkan air, diaduk lalu diendapkan. Pencucian pati sebaiknya dilakukan 3−4 kali agar diperoleh pati yang berwarna putih.

Pati garut, seperti halnya pati dari komoditas lainnya merupakan polimer karbohidrat yang disusun dalam tanaman melalui pengikatan kimiawi dari ratusan hingga ribuan satuan glukosa yang membentuk molekul berantai panjang. Molekul-molekul tersebut disusun dalam entuk granula yang tidak larut dalam air dingin. Granula pati garut mempunyai diameter 5−7 µm, rata-rata 30 µm. Granula tersebut berbentuk bulat telur atau bulat terpotong. Suhu gelatinisasi pati garut berkisar antara 66,20−70°C (Haryadi 1999).

Menurut Djaafar dan Rahayu (2006), pati garut dapat dimanfaatkan sebagai bahan substitusi terigu dalam pengolahan pangan. Tingkat substitusi bergantung pada produk pangan yang akan dihasilkan. Untuk kue kering (cookies), tingkat substitusi 60−100% dapat menghasilkan kue kering dengan kerenyahan tinggi (Djaafar et al. 2004). Dalam pembuatan cake dan roti, diperlukan protein gandum yaitu gluten yang tidak ditemukan dalam bahan pangan umbi-umbian seperti garut (. Kestabilan gluten dalam pembuatan roti ditentukan oleh interaksi antarmolekul protein pembentuk gluten, yaitu dengan ikatan hidrogen dan ikatan disulfida maupun ikatan ionik (Belitz et al. 1986). Ikatan dengan molekul selain protein, yaitu karbohidrat, lemak, dan air ditentukan oleh interaksi hidrofobik dan hidofilik. Oleh karena itu, dalam pembuatan cake dan roti, tingkat substitusi terigu dengan pati garut hanya 40% (Husniartiet al. 2001).

2. Emping Garut


Emping merupakan salah satu bentuk olahan umbi garut. Emping garut mentah berwarna putih kekuningan dan terlihat jelas serat umbinya. Pengolahan emping garut sebaiknya menggunakan umbi yang dipanen pada umur 6−8 bulan setelah tanam. Rendemen emping garut dari umbi yang dipanen pada umur 6 bulan setelah tanam lebih tinggi (24,55%) dibandingkan dengan umbi yang dipanen pada umur 8 dan 10 bulan setelah tanam. Begitu pula dengan kadar seratnya. Kadar serat emping garut pada umbi yang dipanen pada umur 6 bulan setelah tanam lebih kecil yaitu 2,98% pada kadar air 2,24%,dibanding pada umur panen 8 dan 10 bulan setelah tanam. Tingkat kebeningan emping secara visual untuk ketiga umur panen umbi relatif sama. Pengembangan industri pengolahan umbi garut sangat menguntungkan dari segi ekonomi. Emping garut dalam bentuk bulat dan tipis seperti emping melinjo memiliki nilai jual yang lebih tinggi, berkisar antara Rp24.000−Rp40.000/kg (bergantung kualitasnya) dibandingkan dengan emping yang bentuknya memanjang utuh (Rp10.000/kg). Emping garut yang berbentuk memanjang dan utuh memiliki harga jual lebih rendah karena lebih berserat (Djaafar, 2010).

Bagian umbi yang diolah menjadi emping hanya bagian tengahnya. Potongan kedua ujung umbi dapat diolah menjadi pati. Emping garut mengandung serat yang tinggi dan dapat menjadi pengganti emping melinjo bagi yang berusia lanjut atau penderita asam urat.

3. Keripik Garut 


Bahan alat untuk pembuatan keripik garut antara  lain 1 kg umbi  garut  yang  segar  dan  gemuk, ¼ kgliter air, Minyak goreng dan garam secukupnya. Alat yang digunakan adalah pisau, baskom, kompor dan alat penggoreng. Cara pembuatan keripik garut yaitu umbi dicuci lalu diiris­iris setebal  0,5  cm.  Irisan  tersebut  ditaburi  garam,  diaduk sampai  rata  dan  didiamkan  setengah  jam  agar  lunak  dan hilang  getahnya.  Dicuci  dan  ditiriskan  kemudian  dikukus sampai  kering.  Irisan  itu  digoreng  dalam  minyak  panas, apinya  dijaga  jangan  sampai  kental,  kemudian  masukkan esen  dan  aduk  sampai  rata.  Api  dikecilkan  dan  keripik dimasukan  dalam  adonan  gula  dan  diaduk  sampai  rata. Setelah rata diangkat dan dianginkan sampai dingin. Selanjutnya siap disantap atau dipak dalam kantong plastik untuk dijual (Anonymous b,2010).

4.  Jenang Garut 


Salah satu cara pengolahan tepung garut adalah pembuatan jenang garut. Jenang garut disajikan denganparutan kelapa. Cara pembuatannya adalah tepung  dicampur  dengan  air  bersih sampai  macak­macak  Adonan  ini  dipanaskan  diatas  api kemudian  ditambahkan  4  gelas  santan.  Garam,  daun pandan  dan  gula  jawa  yang  telah  diiris  halus  dimasukan. Adonan  dituangkan  dalam  loyang  dan  dibiarkan  sampai dingin. Setelah  itu  diiris­iris  dengan  bentuk  empat persegi panjang  sebelum  disajikan  digulingkan  dulu  dalam parutan kelapa (Anonymous b,2010). 

5. Jentik manis 


Jentik  manis  merupakan  salah  satu  olahan  basah  dari tepung  garut.  Jentik manis  yang  terbuat  dari  tepung  garut ini cara pembuatannya ditambah dengan sekoteng.Umbi garut dapat diolah menjadi berbagai produk pangan antara lain : kripik garut, mie kering, makanan bayi, pati garut, es krim, dan produk makanan olahan lainnya.Tepung garut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan jenang (dodol), kue dadar, kue semprit, cendol, cantik manis, roti, mie, makanan ringan, dan aneka kue tradisional. Cara pembuatannya  : Tepung  garut,  santan,  garam  dan  gula  dicampur  menjadi satu.  Adonan    ini  dimasak  sambil  diaduk­aduk  sampai menjadi  bubur.  Sekoteng  yang  telah  direbus  dimasukkan, diaduk­aduk  sebentar  kemudian  diangkat.  Dibungkus dengan daun pisang (Anonymous b,2010). 

6. Kue Dadar. 


Kue  dadar  ini  terbuat  dari  tepung  garut  dengan  dicampur tepung  beras  dan  tepung  ketan. Kue dadar ini disajikan dengan santan kental. Cara pembuatannya : Isi/inti : Kelapa diparut, diletakkan di wajan, dibubuhi gula sampai manis dan dituangi kira­kira 1 cangkir air, diaduk­ aduk terus sampai kental,dibubuhi tepung ketan dan diaduk lagi  sampai  tepungnya  matang,  lalu  diangkat. Jika  sudah dingin,  dipulung  panjang­panjang  kira­kira  sepanjang  jari untuk diisikan ke kulit dadar. Kulit dadar : Tiga macam tepung (tepung beras 2 cangkir, tepung garut ¾ cangkir, tepung ketan ¾ cangkair) dicampur menjadi satu, diadoni dengan santan cair yang terlebih dahulu dihangatkan kemudian diuleni. Telur ayam (3 butir) dikocok  dan  dicampurkan  ke  dalam  adonan  tadi,  lalu dicairkan  dengan  santan  sampai  adonan  seperti  adonan risoles,  kemudian  garam  dimasukkan.  Adonan  didadar  di wajan  panekuk  yang  telah  diproses  sedikit  minyak.    Jika pinggirnya  sudah  kering,  diangkat,  kemudian  diisi  dengan unti  kelapa,  lalu  dilipat  seperti  risoles.  Kue  dadar  ini dimakan  dengan  santan  kental  yang  telah  direbus  dengan sedikit garam dan beberapa lembar daun pandan (Anonymous b,2010). 

sumber : https://lordbroken.wordpress.com/2010/08/03/garut/

Tidak ada komentar